Ranca Darah adalah nama suatu tempat yang terletak antara Purwakarta dan Wanayasa. Ranca jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia artinya adalah rawa. Ranca Darah berarti Rawa Darah. 

Pada zaman dahulu ketika Indonesia sedang dijajah oleh Belanda, kira-kira sekitar tahun 1710, Belanda (VOC) menjadikan Wanayasa sebagai daerah cabang perkebunan teh, sedangkan daerah pusat perkebunan teh tersebut berada di Purwakarta. Luas daerah perkebunan cabang teh milik VOC ini hampir meliputi seluruh wilayah Wanayasa, yang dipimpin oleh pengurus kebun teh belanda yaitu Sheper Leau. Teh wanayasa ini terkenal dengan nama teh jawa, yaitu karena memiliki bentuk yang kecil baik dari segi pohonnya maupun daunnya.

Para pekerja perkebunan teh baik yang berada di Wanayasa maupun Purwakarta kebanyakan adalah Orang Tionghoa yang berasal dari Makao. Para pekerja asal Tionghoa ini bermukin dibawah kaki Gunung Burangrang yang sekarang dikenal dengan nama Pasir Cina. Teh-teh yang ada di Wanayasa kemudian dikirim ke Purwakarta untuk dikumpulkan dan diolah secukupnya sampai bisa dikirim ke kota-kota besar bahkan ke negara yang lain. Karena penjajah Belanda hanya mementingkan keuntungan saja, tanpa mengutamakan kesejahteraan pekerja nya.  sehingga pekerja-pekerja perkebun teh yang berada di daerah Wanayasa maupun Purwakarta yang berasal dari Makao itu tidak mendapatkan upah atau bahkan sampai tidak dibayar. Banyak potongan-potongan uang yang diterima dan bahkan denda yang harus orang-orang Tionghoa itu bayar.

Akhirnya setelah sekian lama mengalami penderitaan dari VOC, para pekerja perkebunan teh mulai mengadakan perlawanan. Para pekerja perkebunan teh yang berasal dari daerah Wanayasa dan Purwakarta mangadakan perundingan perlahan-lahan seteliti mungkin.Mereka berniat membuat kerusuhan bersama-sama. 

 

Pada tanggal 8 dan 9 Mei 1832 terjadilah kerusuhan besar-besaran di Daerah Wanayasa dan Purwakarta. Para pekerja membakari gedung-gedung dan bangunan pemerintah, yang baru dibangun oleh Pemerintah Kabupaten Karawang bersama dengan Pemerintah Hindia Belanda. Gudang-gudang di Pelabuhan Cikao pun dibakar habis. Bupati Karawang saat itu, Raden Adipati Suriawinata, bisa meloloskan diri dari pendopo dan bersembunyi di loji Belanda di Kembangkuning. 

Kepala pengurus perkebunan teh yang berada di Daerah Wanayasa, yang bernama Sheper Leau, dipukuli dan dilempari batu oleh orang-orang Tionghoa sampai meninggal, dan mayatnya dibuang kedalam hutan, sampai sekarang hutan itu dikenal dengan sebutan Hutan Ciperlaw. Tempat mayat tersebut diberi ciri dengan batu besar yang sampai sekarang dikenal dengan “Batu Tanceb” (bahasa Indonesianya Tancap) yang berada di Desa Cibeber, Kecamatan Kiarapedes. 

Kemudian pada tanggal 10 Mei 1832, Orang-orang Tionghoa yang berada di Wanayasa beramai-ramai pergi menuju Purwakarta, mereka berniat menyatukan tenaga dengan tujuan bisa mengalahkan para penjajah Belanda. Ditengah-tengah perjalanan yang tepatnya di tanjakan Pasirpanjang (yang panjang sekali, kurang lebih 3 Km), rombongan-rombongan pekerja perkebunan teh itu bertemu dengan pasukan VOC dari Purwakarta yang bermaksud meredam kerusuhan yang terjadi di daerah Wanayasa.

Pada saat itu juga terjadilah pertempuran antara para pekerja perkebunan teh yang berasal dari Tionghoa dengan pasukan VOC, pertempuran yang sudah tidak bisa lagi membedakan antara kawan dengan lawan, pertempuran yang sudah tidak ingat menang ataupun kalah, yang dipentingkan adalah mengikuti hawa napsu mereka atas kekesalannya selama itu. Banyak sekali korban yang berjatuhan dimana-mana, sampai sepanjang jalan yang jauhnya kira-kira setengah kilometer penuh oleh mayat-mayat yang bergeletakan, darah berceceran dimana-mana hingga sampai menyerupai seperti rawa-rawa. Mayat-mayat tersebut dibuang ke sebuah lembah di sekitar Rancadarah. Untuk mendata dan mencatat korban, harus menggunakan sigay, yakni tangga bambu yang biasa dipergunakan untuk menyadap nira enau. Maka daerah itupun dinamai Legok Sigay. Semenjak itu, daerah tanjakan Pasirpanjang dikenal dengan sebutan Rancadarah alias Rawadarah.

 

Sumber : http://piersnivans.blogspot.com/2015/04/sejarah-rancadarah.html

  http://tatarjabar.blogspot.com/2018/03/asal-usul-rancadarah.html