Bupati Purwakarta Anne Ratna Mustika siap melakukan gebrakan untuk mengatasi masalah sampah di Purwakarta. Selama 7 bulan belakangan, masalah tersebut ramai dikeluhkan warga masyarakat.

Anne bahkan mengaku kebanjiran keluhan melalui berbagai kanal komunikasi yang dia buka.

Pola gebrakan tersebut disampaikan Anne di kantornya. Tepatnya, di Bale Nageri, Jalan Gandanegara No 25, Purwakarta, Rabu (26/9/2018).

“Ada dua pendekatan yang harus kita intensifkan untuk penyelesaian masalah sampah. Pertama pendekatan struktural pemerintah dengan meningkatkan kinerja petugas. Kedua, membangun aspek kultural masyarakat agar cinta kebersihan,” kata Anne.

Menurut Anne, leading sector terkait dalam hal ini Dinas Lingkungan Hidup Purwakarta harus pro aktif. Kecepatan pengangkutan sampah dari Tempat Pembuangan Sementara (TPS) menuju Tempat Pengolahan Akhir (TPA) perlu terus ditingkatkan.

Pemerintah Kabupaten Purwakarta, kata Anne, siap menambah armada angkut dan petugas kebersihan jika diperlukan.

“Secara struktural saya memerintahkan kepada dinas terkait untuk pro aktif. Kalau perlu penambahan armada silakan bicarakan. Infrastruktur pengangkutan sampah ini harus prima agar pelayanan pun prima. Output-nya nanti jelas, masyarakat terlayani dengan baik,” ujarnya.

Anne pun sudah memanggil Kepala Dinas Lingkungan Hidup untuk pemantapan gebrakan yang akan dia lakukan. Dia memberikan arahan, agar dinas bergerak melakukan sosialisasi tentang pentingnya kebersihan.

“Harus ada promosi kebersihan, jangan seremonial tapi harus bersifat penyuluhan. Sasarannya untuk sementara bagi kalangan rumah tangga. Setelah itu, industri kecil sampai besar kita berikan sosialisasi juga. Ada sanksi bagi yang tidak patuh, ada reward bagi yang patuh,” ucapnya.

Melalui kampanye promosi kebersihan ini, Anne berharap aspek kultural masyarakat menjadi tergugah. Sehingga, timbul kesadaran personal dan komunal tentang kebersihan di tengah masyarakat.

“Sudah gak zaman ya berkeluh kesah. Ini zaman solutif. Artinya, masyarakat juga tidak boleh sekedar mengeluh kepada pemerintah. Soal sampah ini harus ada ikhtiar bersama antara pemerintah dengan masyarakat,” tuturnya.

 

Dinas Banjir Keluhan

 

Di tempat yang sama, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Purwakarta Didi Suardi mengaku siap melaksanakan instruksi Bupati. Menurut dia, ketaatan massif dari masyarakat Purwakarta sangat dibutuhkan untuk mengatasi masalah sampah.

Selama ini, diakui Didi, dinasnya kebanjiran keluhan dari masyarakat mulai dari kelurahan sampai desa. Didi berkeyakinan, jika ada kerjasama multi sektor, keluhan itu tidak akan terdengar lagi.

“Kami ada program, namanya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Polanya sosialisasi seperti yang tadi Ambu sampaikan, kalau masyarakat tidak taat, kita memang kerepotan. Kami sangat membutuhkan kerja sama lintas sektor,” ujarnya.

Regulasi reward dan punishment terkait sampah tengah disiapkan dinas yang dia pimpin. Didi berjanji menegakan regulasi tersebut bersama dinas terkait.

“Nah, aspek regulasi menjadi penting. Kami sedang menyusun itu. Syukur kalau bisa ada perdanya. Tetapi minimal ada peraturan bupati. Kita akan konsisten menjalankan itu,” katanya.

 

Target Piala Adipura

 

Terpisah, Wakil Bupati Purwakarta Aming mengatakan dirinya siap pasang badan agar Purwakarta dapat meraih Piala Adipura. Piala tersebut merupakan legitimasi tertinggi bagi sebuah daerah yang berhasil menjaga kebersihan dan keasrian wilayah.

Menurut dia, selama 10 tahun terakhir, Purwakarta dikenal sebagai ‘raja tanpa mahkota’ dalam bidang kebersihan. Padahal, tata kota yang nyaman, asri dan bersih sangat layak untuk meraih Piala Adipura.

“Ternodanya kan baru 7 bulan terakhir karena minim koordinasi antar lini dan sektor. Kalau kita lihat 10 tahun belakangan, Purwakarta ini bersih dan asri, layak untuk Adipura. Ke depan, ini kita perjuangkan,” ucapnya.

Aming membeberkan kemegahan infrastruktur kebersihan di Purwakarta. Ribuan Tenaga Harian Lepas (THL) dimiliki oleh kabupaten tersebut. Besaran gaji para THL itu pun terhitung tinggi jika dibandingkan dengan kabupaten/kota lain di Jawa Barat.

“Gaji THL kebersihan di Purwakarta itu Rp2,2 Juta. Artinya performa APBD kita sangat mampu membangun kesejahteraan untuk mereka. Tentu saja, ini sudah berbanding lurus dengan kinerja para THL di lapangan,” ujarnya.

Selain itu, Tempat Pengolahan Akhir Sampah (TPAS) di Purwakarta terhitung luas yakni 10 hektar. Tak lama lagi, sistemnya akan berubah menjadi sanitary land fill agar sampah dapat terurai dengan cepat.

“Perubahan sistem pengelolaan itu sudah masuk dalam agenda kerja kita. Mohon doa dari seluruh warga Purwakarta. Ini demi masyarakat,” tuturnya. (*)