Sebenarnya target keberhasilan program Keluarga Berencana (KB) di kabupaten Purwakarta pasca tahun ini ada di kisaran 68 persen.

Namun, kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) kabupaten Purwakarta, Nurhidayat optimistis pihaknya akan melampaui target tersebut hingga mencapai 76 persen.

Menurutnya, target capaian program KB yang disebutkannya bukan tanpa alasan. Ada beberapa faktor yang menjadi pengaruh penting dalam upaya pencapaian programnya.

Salah satunya adalah memanfaatkan secara maksimal fungsi jaringan kader dan sukarelawan KB yang ada di lapangan.

Termasuk memberikan program yang sifatnya kultural mendekatkan program KB langsung ke masyarakat sebagai sasaran.

“Jadi jaring-jaring ini (kader) akan menjadi kekuatan sinergi antara kita (Pemerintah) dengan masyarakat untuk menjaring mereka yang belum dan akan mendaftar menjadi peserta KB.”, Nurhidayat menjelaskan.

Pernyataan Nurhidayat itu disampikan saat menggelar Jalan Sehat dalam rangka Hari Kelurga Nasional ke-25 tingkat kabupaten Purwakarta yang dipusatkan di Lapang Pori, kelurahan Sindang Kasih, rabu pagi (29/8/2018).

Rangkaian Hari Keluarga Nasional yang digelar dengan Jalan Sehat ini, menurut Nurhidayat adalah cara lain pihaknya untuk mengetahui sejauh mana kekuatan pasukannya dari mulai pegawai di kantor hingga kader dan relawan KB yang ada di lapangan dalam upaya mensukseskan program KB.

“Dari sisi pegawai yang PNS, kita itu sedikit. Tapi kita harus melihat tingkat partisipasi masyarakat yang tergabung dalam Tim Penggerak Desa, kader Pos KB dan Posyandu. Dihitung barusan itu ada lebih 600 kader, tapi mereka bawa masyarakat sehingga lebih 750 yang hadir ikut acara ini.”, tambahnya.

Namun begitu, menurutnya ada beberapa faktor yang menjadi tantangan dalam mensukseskan program KB yang secara umum dialami juga oleh pemerintah daerah lainnya.

Diantaranya yang paling menonjol adalah kultur sebagian masyarakat terkait nikah muda, tingkat kemiskinan dan tingkat pengetahuan program KB yang masih minim diterima masyarakat.

“Ini harus diselesaikan bukan hanya oleh kami. Tapi harus bersinergis dengan rekan-rekan di Dinas Pendidikan, Kementerian Agama melalui konseling keluarga, dan sosialisasi sejenisnya.”, tutup Nurhidayat. (*)