Masih
dalam rangkaian peringatan Hari Jadi Purwakarta ke 191 dan Kabupaten Purwakarta
ke 54. Jajaran Pemkab Purwakarta menggelar Festival Layang-layang, Kolecer dan
Rica Entog di Paranggombong, Kecamatan Sukasari, Sabtu 13 Agustus 2022 lalu.
Dalam
keterangannya, Bupati Purwakarta Anne Ratna Mustika mengatakan, kenapa festival
layang-layang, kolecer dan rica entog diselenggarakan di Paranggombong, karena
di Kecamatan Sukasari itu menyimpan berbagai macam potensi terutama adalah
potensi alam maka potensi alam itu harus didorong menjadi tujuan wisata.
"Pagelaran
festival layangan dan kolecer ini juga sangat menyenangkan sebab merupakan
permainan tradisional yang hampir sudah jarang dimainkan, selama ini banyak
permainan modern, justru permainan tradisional terabaikan," kata Ambu
Anne.
Sedangkan
entog rica-rica kuliner khas Sukasari yang juga potensi di kuliner harus terus
dikembangankan, serta produk UMKM lainnya di Sukasari seperti kopi dan gula
aren yang menjadi khas bisa terus berkembang.
"Diharapkan
dengan kegiatan festival ini potensi-potensi alam Sukasari khususnya bambu bisa
terus dijaga kelestariannya," ujar Ambu Anne.
Diketahui,
Kecamatan Sukasari, Kabupaten Purwakarta merupakan sentra perkebunan bambu
terbesar di wilayah. Pemerintah setempat pun, saat ini tengah membidik potensi
lain yang bisa dikembangkan dari pohon bambu khas wilayah tersebut.
Menurut
Kepala Bidang Pariwisata Disporaparbud Kabupaten Purwakarta, Acep Yulimulya,
bambu bukan hanya bisa dilihat dari sisi produk perkebunan saja, tapi juga dari
sisi kebudayaan dan pariwisata pun ada potensi yang bisa dikembangkan yang
tentunya bisa berimplikasi pada perekonomian masyarakat.
"Sebenarnya,
sebagian besar masyarakat di kita selama ini memiliki keterikatan yang kuat
dengan pohon bambu. Makanya, kami tak ingin menyia-nyiakan potensi ekonomi lain
dari produk perkebunan tersebut," ujar Acep.
Selama
ini, kata Acep, pohon bambu hanya dilihat dan dijual sebagai bahan baku.
Padahal, dari bambu ini bisa dikelola menjadi bentuk barang jadi. Semisal,
untuk dibuat handicraft anyaman bambu, atau kerajinan lainnya yang bernilai
ekonomis. "Kita bersyukur dengan melimpahnya hasil alam di Sukasari ini.
Artinya, harus ada upaya juga untuk mempertahankan kekayaan alam tersebut,"
kata dia.
Acep
pun tak memungkiri, jika selama ini masih banyak masyarakat yang beranggapan
jika kerajinan dari pohon bambu itu nilai komersilnya sangat rendah. Makanya,
sangat jarang diminati. Padahal, menurut dia, justru produk etnik seperti ini
sangat prospektif dan menjanjikan. "Sebenarnya, produk kerajinan bambu ini
bisa sangat menjanjikan dari sisi ekonomi," kata dia.
Acep
menjelaskan, salah satu upaya yang telah dilakukan pemerintah untuk
memperkenalkan kerajinan dari bambu ini yakni dengan menggelar event di
antaranya festival layang-layang. Tujuannya, tak lain untuk menggaungkan
kembali salah satu ikon dan produk kebudayaan lokal khas wilayah ini.
"Kita dorong, dari bambu ini bisa menumbuhkan ekonomi kreatif di
masyarakat. Ya misalnya untuk dibuat kerangka layang-layang atau kerajinan
anyaman dari bambu," jelas dia.
Adapun
tujuan dari Festival layang-layang digelar akhir pekan kemarin itu, salah
satunya untuk melestarikan dan memperkenalkan produk berbahan dasar bambu
tersebut, terutama kepada kaum milenial. Karena tak bisa dipungkiri, seiring
perkembangan jaman produk kerajinan tangan berbahan dasar bambu seperti
layang-layang ini akan mulai ditinggalkan generasi muda jika tak diperkenalkan.
"Acara
festival kemarin, juga untuk menggaungkan kembali produk kemasyuran kerajinan
bambu di kita yang saat ini mulai tergerus perkembangan jaman," tambah
dia.
Acep
menambahkan, festival layang-layang yang digelar di Kecamatan Sukasari kemarin
juga sebagai bagian dari upaya jajarannya memperkenalkan potensi pariwisata di
wilayah itu. Apalagi, kecamatan di ujung barat Purwakarta ini juga termasuk
salah satu kawasan wisata unggulan.(Diskominfo Purwakarta)