Bupati
Purwakarta Anne Ratna Mustika mengapresiasi pendidikan berkarakter yang
dijalankan Dinas Pendidikan Purwakarta di lingkungan sekolah dasar dan sekolah
menengah pertama.
Di
antaranya yakni kegiatan sosial dari pelajar yang mengumpulkan beras di setiap
hari Kamis, setiap minggunya. "Kegiatan ini akan membentuk karakter anak
yang mempunyai kepedulian terhadap lingkungan sekitar sekolahnya," ujar
Ambu Anne di SMP Negeri 7 Purwakarta, Kamis 28 Oktober 2021 bertepatan dengan
Peringatan Hari Sumpah Pemuda.
Kegiatan
sosial dari anak-anak yang mengumpulkan beras di setiap hari Kamis tersebut
sudah berlangsung cukup lama yakni sejak tahun 2015 yang mana dikenal dengan
program beas kaheman atau program kamis berkah.
"Rata-rata
terkumpul sampai 9,5 ton beras di setiap bulannya. Bahkan pernah terkumpul
mencapai 21 ton beras pada bulan Ramadhan lalu. Luar biasa ini akan terus
dilaksanakan di Kabupaten Purwakarta," ujar Ambu Anne.
Beras
yang terkumpul di sekolah kemudian dibagikan kepada masyarakat sekitar dan juga
kepada anak yang membutuhkan di sekolah tersebut. "Jadi satu penerima
manfaat bisa mendapatkan 5 sampai 10 kilogram beras," ujarnya.
Sementara,
Kepala Dinas Pendidikan Purwakarta, Purwanto menjelaskan program ini masuk ke
dalam 7 poe atikan istimewa yang mana menguatkan pendidikan karakter di
Purwakarta. Program sudah berjalan sejak tahun 2015 berdasarkan Peraturan
Bupati Nomor 69 Tahun 2015.
"Termuat
dalam salah satu dari 7 poe atikan istimewa yakni Senin Ajeng Nusantara, Salasa
Mapag Buana, Rebo Maneuh di Sunda, Kemis Nyanding Wawangi," kata Purwanto.
Menurutnya,
hari Kamis merupakan hari kepedulian sosial yang mana siswa membawa segenggam
beras untuk dikumpulkan di sekolah. Kemudian dibagikan untuk siswa yang kurang
mampu di sekolah tersebut dan warga sekitar.
Dalam
hal ini, inovasi dilakukan Dinas Pendidikan Purwakarta. Siswa membawa beras ke
sekolah tidak lagi memakai plastik. Kita ingin membuat sekolah yang ramah
lingkungan tidak boleh lagi ada plastik di sekolah," ujarnya.
Fungsi
plastik diganti dengan Kanjut Kundang yang merupakan wadah dari kain. Kanjut
Kundang ini dibuat oleh siswa sendiri dari kain bekas. Dinas Pendidikan juga
mengarahkan agar Kanjut Kundang dibuat oleh siswa sendiri tidak boleh oleh
orang lain.
"Harus
dibikin oleh siswa sendiri sebagai pendidikan ketelatenan keuletan. Dijait
manual (kecos) gitu ya. Membuat Kanjut Kundang ini juga sebagai prakarya
keterampilan," kata Purwanto.
Jadi
siswa di Purwakarta setiap hari Kamis membawa segenggam beras dengan wadah
Kanjut Kundang. "Beras yang terkumpul nanti akan dibagikan menggunakan
boboko yang terbuat dari bambu nggak boleh pakai plastiknya lagi,"
ujarnya.
Ia
berharap gerakan ini dapat membantu warga yang kurang mampu di Purwakarta dan
menjadi pendidikan karakter yang menanamkan nilai gotong royong dan nilai
kepedulian sosial kepada anak-anak kita. (Diskominfo Purwakarta)