Kenaikan nilai tukar Dollar terhadap Rupiah, nampaknya tidak terlalu berefek pada pengrajin keramik di Plered Kabupaten Purwakarta. Daerah yang juga terkenal dengan kuliner khas dan destinasi wisatanya ini.  Produk kerajinan kriya buatan home industri masyarakat di Kecamatan Plered yang juga sangat termasyur sampai saat ini bisa menembus pasar Asia, Eropa bahkan Amerika.

Adapun produk kriya masyarakat di wilayah ini, di antaranya keramik hias, tembikar, pot bunga dan genteng. Para pengrajin kriya di kecamatan yang posisinya sebelah Barat dari pusat kota itu terus menunjukan prestasi bahkan hingga tahun ini nilai ekspor keramik asal Plered Purwakarta terus menunjukan peningkatan.

Kepala UPTD Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Keramik Plered, Bambang Mega Wahyu menuturkan, sejak beberapa tahun ini ekspor kerajinan kriya khas Plered menunjukan tren yang positif. Bahkan, dalam kurun waktu empat tahun terakhir ekspor kerajinan khas wilayah tersebut terus mengalami peningkatan.

"Permintaan pasar ekspor cukup tinggi. Setiap tahun, terus mengalami peningkatan, bahkan adanya kenaikan nilai tukar dollar tidak terlalu berdampak," ujar Bambang, Senin (17/9/2018). Di Litbang Keramik Plered,  Purwakarta.

Selama 2018, sudah tercatat 81 kontainer telah membawa keramik khas Plered untuk kebutuhan ekspor. Menurutnya, kondisi ini sangat bagus. Apalagi, terjadi ketika rupiah sedang tertekan oleh dolar AS.

Menurut dia, permintaan ekspor ini naik dibanding tahun lalu. Akan tetapi, untuk komparasi datanya harus merujuk pada penghitungan sampai akhir tahun mendatang.

"Yang jelas, sampai saat ini kita sudah kirim 81 kontainer keramik. Target kami, sampai akhir tahun nanti bisa ekspor hingga 120 kontainer, bahkan bisa lebih," jelas dia. 

Untuk ekspor sendiri, mayoritas merupakan keramik hias dan vas fungsi. Seperti vas bunga. Keramik ini, banyak diminati oleh warga Amerika, negara-negara di Eropa serta Jepang.

Jika di rupiahkan, sambung dia, perputaran uang dalam kegiatan ekspor keramik ini sangat tinggi. Sebab, untuk satu kontainernya nilai keramik tersebut mencapai Rp 300 juta. Apalagi saat ini, yang dikirim ke luar negeri sudah 81 kontainer. 

"Tinggal dikalikan saja. Perputaran uangnya telah terlihat dan alhamdullilah terus meningkat," ujarnya.

Bambang kembali menambahkan, dengan meningkatnya geliat usaha keramik ini, cukup mendorong warga setempat untuk kembali menjadi perajin. 

Saat ini saja, di wilayah tersebut ada 205 unit usaha perajin. Sedangkan, perajin dengan produk khusus impor ada 25 unit usaha. Dengan begitu, totalnya ada 230 unit usaha perajin.

"Efeknya sekarang mulai menggeliat lagi bahkan perngrajin keramik terus meningkat," tuturnya. (*)