Kepala Direktorat Jendral Prasarana & Sarana (Dirjen PSP) Kementrian Pertanian, Sarwo Edhi mengecek langsung kondisi areal pesawahan di Desa Cibodas, Bungursari Kabupaten Purwakarta yang didampingi langsung oleh Wakil Bupati Purwakarta, H. Aming, Kepala Dispangtan Purwakarta dan Muspika Bungursari. Rabu (24/7/2019).

Menurutnya potensi areal pesawahan yang ada di kabupaten Purwakarta, berdasarkan laporan Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Purwakarta, luasnya mencapai 1500 hektar.

"Data yang kami terima yang bisa diselamatkan 500 hektar dari potensi kekeringan seluas 1500 hektar, dan kedatangan hari ini meninjau sekaligus mengambil langkah agar segera teratasi," ujar Kepala Dirjen PSP Kementan, Sarwo Edhi ketika meninjau areal pesawahan di Cibodas Bungursari.

Untuk mengatasi kekeringan di areal pesawahan terutama untuk areal tadah hujan, pihaknya terus mencari solusi diantaranya dengan membantu pompanisasi, termasuk pembuatan embung untuk kebutuhan sumber air.

Adapun untuk pompanisasi pemerintah pusat sudah membantu tiga tahun terkahir sebanyak 100 ribu mesin pompa diseluruh Indonesia, adapun untuk 2019 sekarang permintaan bantuan sudah mencapai 20 ribu dan selang air mencapai 7300 meter. Sedangkan untuk Purwakarta Kementan sudah memberikan bantuan sebanyak 300 mesin pompa.

"Salah satunya dengan pompanisai, pompa – pompa air kita bantu untuk daerah yang mengalami kekeringan, diantaranya di wilayah pantura, untuk 2019 kurang lebih permintaan ke kita 20 rb pompa," jelasnya.

Adapun untuk pembangunan embung, pihaknya siap mengakomodir akan tetapi dengan syarat yang harus dipenuhi, diantaranya adalah pembangunan embung harus dilahan desa, lahan pemerintah ataupun lahan hibah dari masyarakat.

Hal itu bertujuan agar pembangunan embung tidak sia - sia serta aman dan bisa dimanfaatkan oleh para petani secara keseluruhan.

"Anggarannya kita bantu melalui DAK, asal lahan yang disiapkan yaitu 25 meter x 25 meter dengan kedalaman 2 meter serta lahan yang aman atau bukan diatas lahan pribadi agar tidak dijual dan dibongkar," jelasnya.

Sedangkan untuk seluruh Indonesia, potensi kekeringan disejumlah wilayah pulau jawa, Bali dan wilayah Nusa Tenggara, adapun di luar wilayah tersebut masih aman, karena masih adanya turun hujan. 

Akan tetapi dirinya memastikan kebutuhan atau stok produksi masih dikatakan aman, karena tidak terlalu signifikan.

"Potensi sudah ada khususnya di wilayah Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Yogyakarta, Bali dan Nusa Tenggara kita terus antisipasi kurang lebih kalau ditotal mencapai 100ribuan hektar, adapun dikatakan puso mencapai 12 ribu hektar, berdampak iya tapi tidak terlalu signifikan," katanya.


Manfaatkan Galian C


Sedangkan menurut Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Purwakarta, Agus Rachlan Suherlan, mengatakan untuk mengantisipasi kekeringan areal pesawahan, terutama keberadaan sumber air, pihaknya akan memanfaatkan areal bekas galian C untuk sumber air, terutama untuk pesawahan berjenis tadah hujan.

"Kita manfaatkan saja galian C sebagai sumber air alternatif, akan tetapi kesulitannya kan lahannya milik personal sehingga kita hanya memberikan himbauan.

"Saat ini kita memanfaatkan bekas galian C untuk mengairi sawah yang rawan kekeringan itu dan itu rata-rata milik dari perorangan atau dari perusahaan agak sulitnya disitu, memungkinkan ke depan itu menjadi program yang khusus dan pemerintah daerah bisa menyediakan lahan yang bekas galian golongan C itu dijadikan sumber air bagi pertanian dan pemerintah terus berupaya memfasilitasinya," jelas Agus di tempat yang sama.

Pola tersebut salah satunya adalah dengan keinginan Bupati Purwakarta, tentang keberadaan sumber mata air dimana kebijakannya membeli sumber mata air dari masyarakat.

"Kan selain embung keinginan ibu bupati adalah penyediaan air dengan membeli sumber mata air dan ini salah satu cara untuk mewaspadai potensi kekeringan," kata Agus. (*)